Patroli KpkNews, com.Batu Bara, 28 Juli 2025 Universitas Muhammadiyah Asahan (UMMAS) dan Lapas Kelas IIA Labuhan Ruku menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) yang membuka jalan baru dalam pembinaan warga binaan pemasyarakatan (WBP). Langkah ini dinilai sebagai upaya konkret menjawab tantangan rendahnya keterampilan dan pendidikan di balik jeruji besi.Penandatanganan MoU berlangsung di Lapas Labuhan Ruku dan disaksikan berbagai pihak, mulai dari Kepala Lapas Soetopo Berutu, Kajari Batu Bara Diky Oftavia, Kapolsek Labuhan Ruku AKP Cecep Sehendra, hingga Rektor UMMAS Prianda Pebri.
Dalam kerja sama ini, UMMAS akan menyediakan akses pendidikan formal bagi WBP yang memenuhi kriteria, serta pelatihan non-formal berupa bimbingan teknis, penyuluhan, hingga pelatihan keterampilan kerja.
Rektor UMMAS menegaskan bahwa program ini sejalan dengan tridharma perguruan tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian.Namun pertanyaan besar mengemuka: sejauh mana efektivitas program ini bisa diukur? Apakah sekadar seremoni kerja sama, atau benar-benar menjawab akar persoalan—minimnya pembinaan yang terstruktur dan berkelanjutan?
Kepala Lapas Soetopo Berutu menyambut positif kerja sama ini dan berharap para WBP bisa mengembangkan diri, menjadi individu yang bertanggung jawab, dan diterima kembali di masyarakat.
Tapi realitas di luar tak selalu ramah. Stigma eks-narapidana dan minimnya akses kerja bisa menghambat proses reintegrasi sosial yang selama ini didengungkan.
MoU ini digadang-gadang bisa jadi model nasional, menghubungkan dunia pendidikan tinggi dengan sistem pemasyarakatan. Namun tantangannya jelas:
akankah program ini konsisten dijalankan hingga menghasilkan dampak nyata? Atau justru berhenti pada seremoni tanda tangan dan dokumentasi media?Masyarakat menanti bukti, bukan janji. WBP butuh lebih dari sekadar pelatihan—mereka butuh peluang nyata untuk bangkit dan diberi ruang kembali ke masyarakat.
Zainal Abidin
Social Header