Makassar — PATROLI KPK NEWS- Kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jalan Sibula, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, kini berbuntut panjang. Pelaku kecelakaan berinisial ABRI (32) mengaku mendapat tekanan dan dugaan pemerasan sebesar Rp20 juta dari keluarga korban, disertai ancaman yang dikirim melalui pesan WhatsApp.
Peristiwa kecelakaan tersebut terjadi pada Minggu, 7 Desember 2025, sekitar pukul 07.30 WITA. Saat itu, ABRI mengendarai mobil di kondisi jalan licin. Ia mengaku kurang memperhatikan situasi di sisi kanan jalan hingga mobilnya menghantam sepeda motor yang dikendarai seorang perempuan bernama Irma.
“Saya dalam kondisi sadar dan sempat berusaha menghindar. Namun karena jalan licin dan jarak terlalu dekat, tabrakan tidak bisa dihindari,” ujar ABRI saat ditemui, Kamis (11/12/2025).
Akibat kecelakaan tersebut, korban mengalami luka serius di kaki kiri dan mengalami pendarahan hebat. ABRI mengaku langsung bertanggung jawab dengan membawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan korban mengalami retak tulang dan harus menjalani operasi.
Sekitar satu jam setelah kejadian, keluarga korban dan keluarga pelaku bertemu di Unit Laka Lantas Polrestabes Makassar di Jalan Kartini untuk menyelesaikan perkara secara kekeluargaan. Kedua belah pihak sepakat menempuh jalur musyawarah, serta mengurus administrasi Jasa Raharja untuk biaya pengobatan dan perbaikan kendaraan korban.
“Anak korban membawa berkas ke rumah sakit, dan pihak rumah sakit langsung melakukan operasi,” kata ABRI.
Namun, persoalan kembali mencuat sehari setelah operasi. Danil (19), anak korban, menghubungi ABRI dan meminta tambahan uang sebesar Rp20 juta dengan alasan biaya rumah sakit lanjutan.
“Kami kaget karena sebelumnya sudah ada kesepakatan awal, Jasa Raharja dan perbaikan motor. Tidak pernah dibicarakan soal uang Rp20 juta,” ungkap ABRI.
Tidak berhenti di situ, keesokan harinya Danil kembali mengirim pesan WhatsApp kepada orang tua ABRI dengan nada ancaman. Pesan tersebut bahkan berulang selama beberapa hari.
Merasa tertekan, ABRI kembali mendatangi rumah sakit dan bertemu keluarga korban bersama unsur Binmas, Babinsa, dan tokoh masyarakat. Dalam pertemuan itu, kembali dibahas soal penambahan biaya untuk pengobatan jalan. Meski demikian, ABRI menegaskan bahwa kesepakatan awal sudah jelas dan disepakati bersama.
“Tiga hari kemudian, ancaman kembali datang lewat telepon dan chat. Bahkan korban membawa beberapa awak media untuk menekan saya,” tambahnya.
ABRI menyatakan tidak menerima perlakuan tersebut dan menyebut semua bukti percakapan WhatsApp berisi ancaman masih disimpannya. Ia pun berencana melaporkan dugaan pengancaman tersebut ke pihak berwajib.
“Saya mau lapor ulang karena ini sudah mengarah ke pengancaman, apalagi sampai ke orang tua saya. Saya tidak terima,” tegas ABRI.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari pihak keluarga korban terkait tudingan tersebut.
Laporan: ABRI DARMAWANSYAH
Editor: SADIKIN RAHMAT
Redaksi : Muh Naktsir imba


Social Header